Nyewain

sewa gaun

Usaha Penyewaan Pakaian Pengantin : Omzet Tiap Bulan, Ratusan Juta.

Di tengah keterpurukan nilai rupiah saat ini, bisnis penyewaan pakaian pengantin masih tetap eksis dengan omset perbulan mencapai ratusan juta.

Femi, owner Bridal and Wedding Concept mengaku usahanya tak terpengaruh kondisi ekonomi saat ini. Bahkan sejak beberapa bulan terakhir, omsetnya bisnisnya mencapai Rp 100 juta hingga Rp 145 juta rupiah tiap bulan. Nilai tersebut, 60 persen di dominasi oleh penyewaan gaun dan perlengkapan pernikahan, sementara 40 persennya dari upahnya merancang busana sesuai konsep dan selera dari coustumer. “Omset terbesar memang dari penyewaan, hitungannya sih kecil-kecil tapi jauh lebih sering karena kalau menyewa rata-rata bisa lima juta hingga 20 juta per paket (tergantung model dan kelengkapan yang disewa). Sementara perancangan busana termasuk jarang tapi sekali pesan bisa Rp 10 sampai Rp 45 juta, sama sih harganya tergantung rumit design dan bahan yang digunakan, apalagi jika ada tambahan pernak pernik di luar gaunnya, akan ada harga 20 sampai 30 persen dari total ongkos tadi,” jelas Femi di lokasi usahanya,  Rabu (14/10).

Harga sewa yang ditawarkan bervariasi. Untuk Wedding dress  mulai dari Rp 2,5 juta – Rp 5 juta, , wedding gown berkisar Rp 3 juta – Rp 15 juta. Harga sewa ini belum termasuk accessories atau perlengkapan nikah, seperti pakaian pendamping pengantin, sepatu dan bunga.

Nilai sewa yang diberikan Femi masih terbilang terjangkau, karena  dalam sebulan hampir 85 persen dari gaun dan dressnya  disewa.  Tak hanya itu, customer yang menyewa juga tak sedikit berasal dari luar kota. “Beberapa kali ada dari Jawa, itu biasa kami kenakan  biaya tambahan dan minta deposit untuk keamanan barang kami,” katanya

Sementara untuk rancangan  busana yang digelutinya, dalam sebulan terakhir Femmy baru menyelesaikan enam wedding dress dan dua wedding gown yang dipesan oleh costumernya. Pengaruh yang dirasakan hanyalah perubahan coustumer yang datang, jika dulu kebanyakan permintaan dari orang local, belakangan justru dari luar negeri.

“Sedikit ada perubahan, terutama 3 bulan terakhir. Kebanyakan costumer kami justru dari luar daerah, ada dari Australia, China, dan Thailand. Mungkin karena nilai rupiah yang sedang turun. Yang pasti,mereka kebanyakan minta per,ak pakaian yang sudah jadi sih, tapi ada juga yang minta dirancang baru,” tuturnya.

Pengerjaan setiap gaun memakan waktu dua sampai empat minggu, termasuk merancang model.Tak sedikit permintaan harus ditolak oleh Femi akibat keterbatasan tenaga. Untuk perancangan dikerjakan langsung olehnya dan untuk proses jahit sebagian dibantu karyawannya.